Sepatu Diplomasi
“Saya
tidak usahlah kamu pergarahkan (olok-olok) ya, sudah pernah kamu melihat sepatu
melayang?â€, begitu dialog dalam bahasa Indomi
(Indonesia Minang) dua orang sahabat di kedai kopi di simpang rumah saya. Mereka bercanda ria.
Keduanya tertawa terkekeh-kekeh karena topik pembicaraan lainnya yang saya
tidak tahu. Yang jelas sampai mereka berpisah tidak pernah sepatu melayang.
Tapi
hari Senin 15 Desember 2008 dunia geger. Hari itu Muntadar Al-Zaidi, seorang
wartawan Irak, benar-benar melemparkan sepatunya kepada Presiden Amerika Goerge W. Bush. Dia ini bukan
sembarangan orang lho. Bukan hanya satu tetapi keduanya sepatunya terbang. â€Ini
ciuman perpisahan dari rakyat Irak,†teriak Zaidi saat melemparkan sepatu
pertamanya. â€Sedang yang ini untuk
para janda dan anak yatim dan semua orang yang tewas di Irak!,†pekiknya lagi
saat melemparkan sepatu lokak-nya
yang kedua. Suasana jadi gaduh. Al-Zaidi diamankan sedangkan Goerge W. Bush hilang melarikan diri (atau
memang diamankan paspamresnya).
Sepatu
adalah alas kaki. Fungsi pokoknya untuk melindungi kaki dari benda tajam
seperti pecahan batu, kerikil atau duri. Bisa juga berfungsi fashion, kerja, olah raga dan lainnya.
Tapi sejak itu Al-Zaidi telah menambah dua fungsi sepatu yang baru yaitu sebagai
senjata dan untuk diplomasi.
Fungsi
sebagai senjata ketika Al-Zaidi menjadikan sepatunya sebagai alat pelempar. Cukup
efektif. Goerge W. Bush lari potang
panting. Dia segera meninggalkan Irak hari itu juga. Kunjungan yang dimaksudkan
untuk waktu yang lama akhirnya disudahi sebelum waktunya.
Sedangkan
fungsi diplomasi, Al-Zaidi berhasil mendapat perhatian dunia. Di berbagai
kawasan dunia aksi Al-Zaidi mendapat respon. Presiden Venezuela,
Hugo Chavez, mengatakan tindakan Al-Zaidi adalah tindakan
heroik, gagah dan jantan. Tanpa rasa takut Al-Zaidi mempermalukan Bush
dihadapan kalayak ramai. Dihadapan milyaran penduduk dunia yang menyaksikan
siaran langsung di depan TV. Dihadapan ratusan ribu tentaranya yang tengah
bertugas di Timur Tengah.
Bahkan
Al-Zaidi berani melempar Bush dihadapan pasukan paling elite di dunia seperti NEAVY SEAL,
Green Barets, Delta Forces dan Army Rangers. Pasukan yang sangat ditakuti di
dunia. Pasukan yang telah berhasil membunuh musuh-musuh penting Amerika seperti
Saddam Husein dan Osama bin Laden.
Di belahan lain benua Amerika muncul
juga reaksi. Di kota Montreal, Kanada, perangai Al-Zaidi ini telah memberikan
inspirasi kepada sekelompok demonstran. Mereka memprotes kebijakan politik luar
negeri Amerika Serikat dengan melempar kedutaan Amerika itu dengan sepatu.
Bahkan di negerinya sendiri di Washington DC di depan Gedung Putih sekelompok
demonstran melakukan parodi melempari seseorang berpakaian nara pidana
bertobeng Bush memakai sepatu.
Begitulah aksi sepatu Al-Zaidi telah mendunia. Sepatu yang semula jadi alas kaki kini menjadi alat perjuangan diplomasi. Menurut Norman dan Howard C Parkins (1957), Al-Zaidi telah menjalankan fungsi repsentasi diplomasi yaitu mewakili negaranya Irak dalam menunjukan eksistensinya. Ia memperlihatkan kepada dunia bahwa Irak sebuah negara yang saat ini berjuang melawan negara lain yang menindasnya. Ia juga memperlihatkan bahwa perjuangan tidak akan berhenti sampai mereka menjadi bangsa yang setara dengan bangsa lainnya di dunia.
Nah, bagaimana bila sepatu Al-Zaidi ini bila dibandingkan dengan sepatu kepala sekolah? Tentu tidak pas. Karena harga dan mereknya tidak sama. Apalagi ukurannya. Lebih besarlah milik orang Persia itu.
Kalau kepala sekolah sepatunya kecil
dan pendek. Kepala sekolah itu nyalinya saja yang besar (atau mungkin
dibesar-besarkan..hehe). Yang paling sering sepatunya terlihat kusam. Seperti
kurang digosok pakai obat kilap. Kurang sip kalau dipandang.
Ataukah kondisi sepatu itu bentuk
diplomasi pula? Entahlah. Sepatunya sih tidak dilemparkan. Tapi seakan ia
mengatakan bahwa sepatu ini kumuh bukannya tidak disemir. Tapi berlepotan debu
dan lumpur ketika setiap pagi keliling sekolah. Memeriksa kebersihan setiap
sudut kelas dan memastikan got bersih dari sumbatan sampah. Atau memeriksa
tanaman toga bersih dari gulma. Jadi seperti itulah kondisi sepatu kepala
sekolah pada umumnya.
Tapi ada juga yang sepatu kepala
sekolah sepatunya licin dan mengkilap. Bukan mereka tidak kerja lo. Saya yakin
mereka tetaplah bekerja keras. Bekerja keras dan cerdas. Sehingga tak ada lumpur dan debu yang berserakan yang
membekas di lingkungan sekolahnya.
Jadi wajar pula sepatunya bersih dan
mengkilap. Bila berjalan terdengar suara halus sepatunya tik..tok..tik tok
diteras sekolah yang dipasang granit putih dan bening. Di sekolah favorit di
tengah kota. ***